p.o.l.i.a.m.o.r.i

B6xDTmhCIAAJgxK
*ilustrasi by http://www.google.com

Teman salah gaul, akibat pergaulan bebas menjadikannya sekuler, bahkan dia menjadi supporter poliamori. Prihatin karena susah diminta tobat, meskipun soal tobat itu hak dia dan tobat tidak perlu dipaksa-paksa.

Tau poliamori kan??

poliamori didefinisikan secara ‘halus’ sebagai kecenderungan untuk memiliki perasaan lain selain kepada pasangan yg telah ada. Kan banyak tuh misalnya udah berkeluarga lalu punya pasangan lain dengan alasan ‘sayang’ tapi dalam prakteknya poliamori lebih ke hubungan sex. Dimana berhasilnya sebuah hubungan lain tersebut kalo sudah sampai terjadi sex. Jadi mirip dan hampir sama dengan perselingkuhan. Bedanya !!! dalam poliamori itu ada poin-poin yang mesti dianut. Poliamori itu setia terhadap komitmen, bukan terhadap pasangan. Perlu pemahaman cinta secara filosofis sebagai syarat utama poliamori.

  • Poliamori bersifat non-posesif, walaupun tetap ada batas-batas yang dibuat didalam kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat
  • Poliamori bukan tipe hubungan yang berdasar pada “primary-secondary relationship” (ada hierarki), tapi lebih ke kesetaraan posisi.

itu kalimat yang saya ambil dari teman saya tersebut. Coba saya jelasin satu-satu. Setia terhadap komitmen, bukan terhadap pasangan artinya selingkuh itu wajib. Karena dasar sebuah hubungan itu cuma sebatas status social saja baik dari pihak suami maupun istri harus saling memperbolehkan punya pasangan lain. Nah itu lah yang disebut dengan cinta sebagai filosofi menurut mereka yaitu ‘kerelaan’ yang sungguh-sungguh.

Nah saya coba jelasin lagi lebih lanjut buat poin 1 ini, kenapa harus sex? karena sex itu kan puncak dari sebuah percintaan. When two become one ada istilah cuckold dimana suami ‘seneng’ bisa ngeliat istrinya dipake sama orang lain. Dalam poliamori, kedua pasangan mesti seneng jika sama-sama saling ‘dipake’ sama orang lain. Maaf bahasa saya rada kasar, habisnya saya benci banget dalam dunia per-cuckold-an istilah orang-orang seperti mereka yang berbagi istri. Jadi dari pihak si suami mesti rela baik istrinya tau maupun ga tau, kalo istrinya jadi objek ‘sharing’ tersebut.

Bahkan direkomendasikan untuk mensupport. Misalnya istrinya sampe hamil, si suami tuh juga harus terima keadaan tersebut. Nah dari pihak istri kalo belum siap untuk terus terang gpp, asalkan jangan sampe merusak hubungan rumah tangga yang udah ada. Tapi mereka umumnya harus siap hamil juga demi membuktikan cinta dia kepada pasangan lain tersebut. Dan biasanya menurut mereka jangan pernah takut buat ngelakuin hal tersebut, karena pada saat sang suami diceritain apa yang istri telah jalanin, sangat dapat dipastikan sang suami justru malah makin ‘terangsang’ mendengarnya… yang ujung2nya jadi mensupport. Sampe situ aja, saya jelasin yang cuckold itu. Naudzubillahi min dzalik… semoga kita dijauhkan dari pemikiran dan perbuatan seperti itu. Amin…

Oke saya coba jelasin poin yang kedua, bersifat non-posesif, walaupun tetap ada batas-batas yang dibuat didalam kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat. Ya balik lagi kayak yang cuckold itu artinya jangan sampe ada perasaan saling ‘memiliki’. Karena segala sesuatu itu kan milik tuhan.

Poin terakhir bukan tipe hubungan yang berdasar pada “primary-secondary relationship” (ada herarki) tapi lebih ke kesetaraan posisi. Nah inilah yang memperkuat poin-poin sebelumnya jadi cuckold 2 arah, bukan cuma dari suami tapi istri juga harus rela suami nya begitu. Kalo poligami itukan yang diuntungkan cuma suami, karena suami yang berhak dan umumnya terjadi poligami itu kan cuma demi keuntungan si suami aja. Sedangkan poliamori, kedua pasangan memiliki hak dan kebebasan untuk itu. Tapi yang jelas terhadap pasangannya tersebut tidak ada status formal artinya kayak selingkuh yang sama2 saling tau dan ngerti. Itu yang dimaksud dengan kesetaraan menurut mereka. Dan memang umumnya ketika ‘perselingkuhan’ terjadi ketika ditahap orang telah berkeluarga pasti selalu ada sex di dalamnya. Sekalipun mereka mengaku didepan orang-orang cuma karena rasa saling menyayangi aja. Dasar mereka itu pemikiran bebas, tapi kalo menurut saya bukan pemikiran bebas tapi cenderung ke pergaulan bebas. Mana ada maksiat dan dosa yang pake toleransi.